Jumat, 26 September 2008

Book Review : Bengkel Kreativitas

Proses me-review buku ini tidak saya awali dengan pembacaan mendalam terhadap isi buku ini. Saya menggunakan teknik “membaca cepat” karena memang memang beberapa pertimbangan selain tebalnya isi buku yang belum sinkron dengan waktu. Kadang beberapa isi bisa saya pahami secara mendasar lewat judul bab karena memiliki judul yang komunikatif selain beberapa topik telah saya temui pada referensi lain. Jadi, inilah review singkat saya...



Desain

Menurut hemat saya, desain cover pada buku ini cenderung identik/khas dengan desain2 buku lain terbitan Kaifa. Kesan yang cenderung clear pada background namun “ramai” pada pada atribut2 visualnya. Simbol2 pada cover depannya cenderung tidak spesifik. Yang patut disayangkan,
mungkin adalah penggunaan beberapa simbol visual (Kunci Inggris) yang sebenernya bertolak belakang dengan pesan substansial judul buku ini, bahwa yang sebenernya disebut Bengkel Kreativitas bukanlah bengkel dalam definisi sebenernya (sebagai tempat - yang banyak perkakasnya) tapi merupakan “laboratorium eksperimental” kreatifitas hidup kita. Menjadi sesuatu yang cukup beresiko terhadap positioning buku ini tentunya.

Sedikit mengenai interior buku, pertama mengenai lay-out (tata letak). Pemilihan jenis huruf, karakter paragraph dan organisasi materi (misalnya ada box untuk materi khusus) terbilang baik. Sehingga teks isi menjadi legible, readeble dan terjaga. Namun, penggunaan elemen pada tepi luar halaman (warna abu) dalam ukuran yang berlebihan terasa “menekan/menyempitkan” area atau halaman buku. Selain itu, pada ilustrasi (penjelas) banyak ditemukan ketidak compact-an karakter visual antar satu dan lainnya (contoh cek halaman 208, 268,293 – bandingkan!)


Tapi hal positif yang tetap muncul dari desain yang dibuat Gus Ballon ini adalah kekhasan ala Kaifa-nya yang tetap ada. Jadi suatu hari kalau studio mo buat pemetaan terhadap karakter desain cover buku penerbit Kaifa, buku ini bisa jadi salah satu acuannya.

Tulisan

Harus diakui, “Bengkel Kreativitas” merupakan buku yang menarik & kaya!
Meski topik pada buku ini (tentang kreativitas) bukan hal baru yang saya baca, namun banyaknya pendekatan dan informasi baru mengenai kreatifitas serta pengemasan buku yang menarik membuat saya harus memberi aplaus bintang 5. Kualitas terjemahan (kasus klasik buku-buku import) & gaya tutur yang menarik menjadi faktor lainnya.

Pada dasarnya, buku “Bengkel Kreativitas” akan menuntun kita menumbuhkembangkan daya kreatif pikiran kita melalui 10 model strategi didalamnya. Strategi strategi tsb antaralain :

1. Pergaulan
2. Lingkungan
3. Perjalanan
4. Permainan
5. Alam Bawah Sadar
6. Seni
7. Teknologi
8. Berpikir
9. Bacaan
10. Jiwa Kreatif

Pada awalnya, buku ini mencoba memberikan penjelasan tentang kreativitas itu sendiri. Bahwa kreativitas adalah sesuatu yang dapat dipelajari & dikembangkan. Bukan sesuatu yang sifatnya lahiriah semata seperti dalam persepsi masyarakat pada umumnya. Yang menarik, sebelum menerapkan strategi-strategi tsb, buku ini mengajak kita untuk menyelami C.O.R.E kreatif yang ada pada diri kita. Mengenali potensi-potensi kecerdasan kita (di dalamnya dipaparkan 7 macam kecerdasan) sehingga kita dapat menyesuaikan penerapan strategi2 tersebut dengan potensi kita.

Dari beberapa strategi tersebut, saya menemukan beberapa teknik yang menarik menurut saya, yaitu teknik menumbuhkan daya kreatif melalui membaca dan menyatu dengan jiwa kreatif.

Teknik/strategi membaca telah dicoba aplikasikan melalui komunitas baca (Read or Die) ini. Sedangkan pada teknik menyatu dengan jiwa kreatif, kita dituntun untuk menumbuhkan daya kreatif melalui hubungan diri dengan nurani yang paling dalam. Tujuannya adalah untuk menemukan ide-ide kreatif dalam jiwa kita melalui kejernihan. Metode-metode menemukan kejernihan ini dilakukan dengan menyisir sisi spritualitas kita yang antaralain dapat dilakuakn melalui doa, meditasi, yoga, upacara, kalimat2 penggugah sampai dengan ziarah. Dapat dikatakan teknik kesepuluh ini merupakan teknik yang paling sulit digambarkan. Tapi sedikit kesimpulan yang saya dapatkan adalah bahwa kreativitas merupakan spiritulitas itu sendiri.

Bagi pembaca yang ingin mendalami lebih jauh materi pada isi, buku ini juga berisi rujukan-rujukan literasi lanjutan yang relevan pada tiap akhir bab-nya. Sehingga buku ini seolah dirancang oleh penulisnya (Jordan E. Ayan) menjadi semacam “terminal” awal sumber literasi mengenai kreativitas.

Sekali lagi, buku ini cocok bagi orang yang ingin mengenali potensi kreatif pada dirinya dan memanfaatkannya. Nikmati, selami dan bersiaplah mengatakan kata : Aha!


Oleh :Ade Muh. Wantoro
Read more!

Selasa, 16 September 2008

Book Review: Process


Buku ini barangkali salah satu buku yang paling saya ingat sampai sekarang. Judulnya: Process. Kumpulan artwork, puisi visual, atau apapun istilahnya dari Tomato. Studio legendaris asal UK. Bisa dibilang buku ini terdiri dari beberapa segmen. Masing-masing segmen seperti dibiarkan mempunyai semacam karakter visual tertentu. Kadang satu atau beberapa halaman penuh hanya dengan gambar atau tekstur. Beberapa halaman yang lain terdapat teks. Nah ini yang cukup membingungkan dan diluar kebiasaan, jarang sekali gambar yang dibiarkan untuk membentuk figur tertentu. Begitu pula bila muncul teks, kombinasi antara gambar dan teks sepertinya tidak diusahakan untuk membentuk satu kesatuan makna yang ajeg. Kadang halaman demi halamannya terasa seperti puisi visual. Kadang seperti katalog imej, seringkali tidak begitu jelas benar perasaan yang saya alami selain rasa takjub terhadap kemungkinan-kemungkinan sensasi visual dan juga pemaknaan baru. Pengalaman yang aneh, absurd dan terus terang, fenomenal.




Butuh skill khusus buat bisa menikmati buku ini. Bentuknya yang tidak biasa membuat saya seringkali ragu, buku ini harus dibaca seperti apa?. Namun kadang saya pikir mudah dan sangat mudah sebetulnya bila saya bisa berpikir lebih bebas, "Ah, mo dibaca kayak gimana, kek, baca mah baca aja. Terserah elo". Pengalaman membaca buku ini, sejujurnya, selalu terdiri dari doubt and hesitation kayak gini. Mungkin inilah tujuan dibuat buku ini. Supaya pembaca bisa menikmati, secuil demi secuil aktifitas sebagai bagian dari sebuah proses. Sebagai sesuatu yang akan, sedang dan terus dicatat, dipelaari, di review dan didefinisi (ulang) kan. Buku ini - melalui ketidak lazimannya - saya terima sebagai salah satu yang telah, sedang dan akan terus mengingatkan saya mengenai Proses. Hal yang sangat penting namun kerap tidak ingin kita ingat.



oleh: fahmi
Read more!

Book Review: Mengusir Matahari: Fabel-Fabel Politik Kuntowijoyo

Saya sebetulnya tidak terlalu suka dengan topik politik. Barangkali karena itulah, buku ini gak pernah tamat dibaca meskipun udah bertahun-tahun nongkrong di rak buku saya. Terus terang, kali ini pun buku ini saya baca secara acak, dimulai dari cerita paling mudah dan pendek ;-), loncat dari cerita satu ke cerita lainnya

Tentang Tulisan

Saya akan pakai buku ini sebagai inspirasi pendidikan politik buat anak saya kalau saya punya anak. Gimana nggak? setiap cerita dalam buku ini (ada sekitar 80-an cerita) - melalui alur cerita, tingkah polah tokoh tokohnya yang absurd - seabsurd dunia politik sesungguhnya (didunia manusia) - memperlihatkan, mereview, mengkritik dan memberikan arahan tentang apa dan bagaimana dunia politik itu tanpa kehilangan unsur entertain/ hiburan ala Kuntowijoyo. Satir, parodikal – dan ngeyel.

Bayangkan tokoh Kancil yang ketika diminta untuk mengendus ruangan tengah istanan yang sudah pasti bau pesing pura-pura pilek agar tidak usah berkomentar, dan karenanya selamat dari ujian 'kejujuran' raja harimau. Bayangkan satu tulisan tentang posisi binatang Anjing di dunia binatang:

"Memang tidak seperti di dunia manusia, kedudukan anjing cukup terhormat di dunia binatang, "Anjing, lu!" itu sama dengan di dunia manusia orang bilang, "Rupamu kok seperti Marlon Brando!"
Air Keabadian

Ada sekitar 80-an cerita politik binatang dalam buku ini. Ngeyel, menghibur dan juga memberikan pencerahan. Kunto meluangkan untuk menuliskan nilai-nilai positif di setiap akhir cerita untuk membantu pembaca yang mencari (cari) hikmah dari sebuah cerita, meskipun seperti yang ditulis di bagian pengantar, setiap cerita bisa saja diposisikan tidak lebih dari sekedar hiburan.

Yang jelas, selain ide dasar untuk mengemas politik dalam bentuk fabel - menuliskannya secara konsisten, menerbitkannya di media massa (majalah Ummat) – dan membukukannya, kejailan, kengeyel-an cara bertutur, seperti biasa - saya angkat topi dengan daya imajinasi (ini salah satu elemen yang selalu saya cari di buku fiksi) Kuntowijoyo yang intuitif dan kaya. Dipadukan dengan ketajaman berpikir, kengeyelan, filsafat dan budaya Jawa yang kental, maka jadilah semua hal tersebut ramuan personal yang khas dari seseorang Kuntowijoyo.

Ah, kalau saya nanti punya waktu, saya ingin membuat cerita bergambar dari buku ini....


Tentang Desain

Menurut saya, Metaform telah mengembangkan pendekatan yang sangat unik dalam merancang buku ini. Tidak terlalu dibebani dengan pakem-pakem desain kover buku industrial tampaknya. Mungkin karena kategori buku sastra yang dibawa oleh buku, mungkin terinspirasi oleh materi dan keunikan Kuntowijoyo sendiri, mungkin oleh hal lainnya saya tidak terlalu paham. Hanya saja, sebagai desainer industri, saya pribadi akan memberikan pendekatan yang berbeda yang biasanya (karena sudah kadung kepatok sama pakem-pakem desain industrial yang sepertinya formal padahal tidak itu) bersumber pada pertimbangan gestalt. Saya tidak akan memilih warna abu-abu karena warna abu-abu untuk backgroung dan hitam untuk foreground (objek-objek) karena takut tidak eye cathing. Saya tidak akan menempatkan banyak objek karena akan cenderung menyulitkan orang untuk fokus. Saya mungkin juga akan memilih fonts yang lebih relevan dengan atmosfer ke'binatang' dan dunia 'binatang'an untuk buku ini, bukan jenis fonts psychedelyc seperti yang dipilih Metaform.

Semua pendekatan desain yang diambil oleh Metaform menurut hemat saya cukup diluar kelaziman. Diluar kebiasaan. Seperti seharusnya semua pendekatan desain dikembangkan sebagai instrumen inovasi dan seperti biasa, mendapatkan konflik konseptualnya dengan pertimbangan-pertimbangan industrial. Namun, lepas dari problem pendekatan ini. Hasil akhir dari Metaform, kover buku Mengusir Matahari ini menurut saya adalah sebuah karya grafis yang layak dicetak dengan ukuran besar, dipajang di galeri dan mungkin dikoleksi; eksentrik, distinguish dan artsy.

ps: saya tidak punya komentar khusus mengenai desain interior buku ini karena, well... desainnya emang biasa aja.
oleh: fahmi

Read more!

Jumat, 05 September 2008

Book Review: Asia Future Shock


Uthlubul ilma walau bi siin.. Carilah ilmu hingga ke negeri cina.
Muhammad.


Hadits diatas adalah bentuk penghargaan seorang Muhammad (panutan orang yang beragama islam) kepada negeri yang belum pernah ia kunjungi dan sudah maju peradabannya. Tak berlebihan memang, karena jika dibandingkan dengan keadaan negara Arab pada waktu itu, Cina sudah menjadi negara maju dari berbagai aspek. Perdagangan yang pesat, militer yang kuat, seni yang maju dan beberapa infrastruktur pendukung lain yang membuat negera Muhammad waktu itu seperti ketinggalan.

Omongan Muhammad tersebut memang bukan hanya ramalan kosong belaka jika melihat geliat negara tersebut sekarang ini. Terbukti berbagai macam produk yang bisa Cina hasilkan mampu menembus hampir ke seluruh negara di dunia ini. Dan Cina hampir bisa dipastikan akan menjadi negara maju di dunia. Selain karena hal itu juga, penomena ini diperkuat juga dengan buku karya Michael Backman yang memprediksikan maju dan mundurnya negara-negara di Asia (khususnya Cina dan India).

Meski memang banyak barometer kemajuan sebuah negara, tak urung, melulu yang berkaitan dengan ekonomi dan militer yang paling menjadi sorotan. Lalu setelah itu politik, sosial dan kebudayaan mengikuti dibelakangnya. Dan buku ini adalah prediksi akan menguat dan melemahnya negara-negara yang ada di Asia.

Dua negara yang menjadi sorotan disini (Cina dan India) ternyata yang diprediksikan akan menjadi negara yang paling maju di Asia. Selain karena selalu bersaing antara keduanya, dua negara ini juga adalah negara dengan jumlah penduduk yang paling banyak yang di prediksi beberapa dekade kedepan akan memberi kontribusi positif dari rakyatnya.

Dalam urusan kemiliteran dan ekonomi, Cina yang sakit hati dengan embargo senjata yang dimotori Amerika, diam-diam secara mengejutkan mampu mengembangkan sendiri persenjataan dalam negerinya. Selain bertujuan untuk mengamankan jalur pelayaran, juga untuk kepentingan komersil yang bukan politis.

Sedangkan India yang tidak merasakan himpitan embargo, bisa dengan leluasa membelu pesawat yang sangat di inginkan oleh Cina dari luar negeri tanpa campur tangan Amerika. India tidak menunjukkan taringnya dari sisi ekonomi dalam negeri. Malah menutup segala bentuk bantuan investasi dari luar negeri. Hanya saja, yang patut di perhitungkan adalah semangat pengusaha mereka yang menanamkan modalnya di luar negaranya sendiri. Ini terbukti dengan bertenggernya India di urutan kedua setelah Amerika!

Lantas kenapa hanya dua negara ini saja yang menjadi sorotan tajam? Tidak membahas banyak negara asia lainnya?

Dalam prediksi Backman, negara Asia yang sudah dianggap maju sekarang, justru dua atau tiga dekade kedepan akan mengalami kemunduran. Singapore yang akan mengalami krisis identitas ras asli Singapore karena terlalu terbuka dengan masuknya penduduk luar Singapore.

Korea yang (jika mau stabil dan kuat) harus bersatu antara Korea Selatan dan Korea Utara. Ini dikarenakan sebetulnya sistem pemerintahan dua negara ini, jika disatukan, akan menjadi satu sistem yang saling melengkapi dan menguatkan.

Jepang dengan kondisi penduduk yang tidak terbuka dengan ras lain (untuk masalah ini sangat berkebalikan dengan Singapore) akan menjadi ras yang paling sedikit. Dunia produktifnya hanya akan dikuasai oleh para usia tua.

...

Memang, Michael Backman dengan pemaparan dan data yang cukup komprehensip sepertinya hanya menonjolkan negara Cina saja dan dari kacamata ekonomi. Asia yang ia maksudkan bisa jadi adalah Cina. Negara Asia lain (Korea, Jepang, Indonesia, Malaysia, Thailand, Philipina), meski ada sedikit dibahas, tapi tidak menonjol.

Secara keseluruhan buku ini membahas tentang resiko dan peluang masa depan Asia. Penulis memuat 25 telaahannya tentang bagaimana Asia beberapa dekade mendatang. Ditulis dengan sangat lugas dan bahasa yang mudah dimengerti, membuat buku ini memang menjadi sebuah ”..buku non fiksi yang paling menghebohkan..”

Wallahu ’alam.

posted by: umed
Read more!