Minggu, 05 Oktober 2008

Book Review : the ABC's Business Building Team

Review Materi Buku
Perlu waktu yang lama sekali buat saya sekedar mengerti satu halaman dari buku ini, menurut saya kualitas terjemahannya kurang ramah di otak saya. Bahasa Indonesia tapi dengan interpretasi Inggris. Rrrggghhh….


Buku ini membahas tentang Kode Kehormatan (Code of Honor) yang wajib dimiliki, dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan oleh setiap individu dalam sebuah tim. Apapun, olah raga, keluarga, komunitas, tim bisnis, studio desain? Hehe… selama mereka mau membuat tim mereka menjadi Tim Juara. Buku ini membahas tentang Kode Kehormatan (Code of Honor) yang wajib dimiliki, dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan oleh setiap individu dalam sebuah tim. Apapun, olah raga, keluarga, komunitas, tim bisnis, studio desain? Hehe… selama mereka mau membuat tim mereka menjadi Tim Juara.

Kode kehormatan adalah seperangkat aturan dan standar prilaku yang dibuat sebagai pegangan agar seseorang atau tim mampu terus bertahan menghadapi tekanan-tekanan.
Seperti dalam buku ini, saya ingin mencoba bercerita kembali tentang isi buku lewat ilustrasi cerita.

Oke, jadi Joni sang illustrator pergi bahkan ketika Studio NGL yang menaunginya memberikan berbagai kemudahan, fasilitas dan akses menuju kualitas kehidupan yang lebih baik. Studio NGL bukan sedang memanjakan Joni, tapi untuk menjaga kinerja studio tetap efektif dan efisien. Jadi fasilitas untuk Joni lebih merupakan investasi. Sebut saja begitu.

Sulit menerka apa yang membuat Joni berkeras hati hengkang kecuali rekan-rekan lainnya di studio sama-sama tahu ada tekanan berat yang sedang menguji eksistensi studio secara tim atau bahkan secara personal setiap anggotanya. Deadline yang tak kenal ampun, spek hasil pekerjaan yang diinginkan pemberi order yang sulit dimengerti, energi yang terkuras, gaji yang tetap tidak bisa digunakan untuk menyicil Mercedes-benz, dan sederet ujian lain.

Lalu menilik ke beberapa minggu sebelumnya saat briefing tentang Visi masing-masing personil dipresentasikan, dalam rangka merubah status kepemilikan studio menjadi milik bersama. Briefing yang agak istimewa karena keterlambatan 5 menit saja bisa mengancam seseorang untuk gugur dari kepemilikan studio.

Sekarang kita bercerita tentang Joni saja. Tiba gilirannya untuk menyampaikan visinya tentang studio, dia terlihat sangat antusias tidak seperti biasa, bersemangat sekali. Bahkan antusiasmenya mengalahkan 2 rekan lainnya UTu dan Waroton yang sejak setengah jam sebelumnya masih saling bertanya-tanya “Seriuskah tentang status kepemilikan ini?” Bagi mereka ini membuat jantung mereka berdegup 2 kali lebih kencang.

Joni ingin merespon semakin padatnya order yang masuk ke studio, karena dalam aspek SDM (yang jumlahnya sedikit), order yang banyak ini tidak melulu menjanjikan senyum bahagia apalagi Mercedes-Benz. Tetapi Joni tetap ingin mengingatkan setiap personil yang panik dengan mengangkat kata “Be Ready!” sebagai visinya untuk studio, sebab bagaimanapun dan kapanpun menurutnya kepelikan dalam pekerjaan akan selalu ada, dan kuncinya adalah “Be Ready!”, bersiaplah, bersiap dengan segala “kejutan” yang akan menjelang.

Tetapi Joni tetap ingin pergi, mungkin tidak tahan lagi dengan semua tekanan.
Utu, Waroton, Amid (belum kesebut ya?) dan Bang Kemuy (Founder Studio NGL) tetap bertahan, justru mereka yang akhirnya meresapi kata “Be Ready!” sebagai pegangan mereka ketika tekanan datang. Mereka sadar bahwa saat dibawah tekanan, emosi memuncak, logika kacau, lalu insting yang akan mengambil alih, dan di saat-saat itulah mereka akan kembali menoleh ke “Be Ready!” yang terjemahannya adalah bersiap dengan segala “kejutan”, bahwa dalam setiap pekerjaan selalu saja ada kepelikan, menyerah berarti kalah, bertahan berarti menang. Mereka mengembalikan pegangan mereka yang hampir terlepas ke sebuah standar prilaku “Be Ready!” (yang sekarang boleh lah kita sebut sebagai kode kehormatan J).

Saat itu, mereka berempat dengan alias Studio NGL boleh berbangga hati, mereka jadi tim juara karena masih bertahan hingga hari ini, bahkan menjadi rival terberat Studio NLG, studio yang sudah lebih dulu menjadi tim juara.
Sederhananya seperti itu lah.



Review Desain Cover
Kalau bersandar pada standar kualitas yang berlaku di studio NLG tempat saya bekerja bersama, akan ada banyak sekali komentar yang harus dilontarkan untuk mengapresiasi buku ini.

Pada pertemuan mata dengan cover buku ini untuk pertama kalinya saja saya sudah beranggapan kalau buku ini adalah buku cetakan tahun jebot, jujur saja terasa sangat jadul, padahal sekalipun kalo ada keinginan untuk membangun kesan klasik tidak perlu dibikin seperti itu banget. Alih-alih mendapatkan kesan klasik, orang-orang malah menganggap itu memang betul-betul buku yang terlambat pajang selama bertahun-tahun.

Tapi tentu saja saya mengesampingkan aspek marketing disini, karena walaupun saya anggap cover buku ini masih banyak kekurangan dari segi estetika grafisnya tidak berarti buku ini jeblok di pasaran, who knows? Yang jelas, Stopress dengan tulisan “Pengantar oleh ROBERT KIYOSAKI” boleh jadi nilai tambah dari buku ini.

Coba tengok sebentar tulisan ABC yang diposisikan sebagai vocal point, berwarna ungu dengan outline yang tebal, saya langsung ingat dengan statement Fahmi–Art Director di studio- yang bilang bahwa penggunaan outline pada font (terlebih tanpa kegunaan yang jelas) lebih seperti representasi desainer yang masih kurang jam terbang, karena menurutnya penggunaan outline ini menunjukkan kekurang yakinan sang karyawan desain akan karyanya, entah itu karena takut tidak terlihat, atau malah karena benar-benar sangat ingin terlihat, naif begitu. :D

Sulit juga menerka maksud desainer dengan membubuhkan bentuk oval hitam dengan latar belakang ungu, atau sebaliknya, kecuali memang kombinasi layout teksnya langsung terlihat mata bahkan dari jarak pandang yang cukup jauh (tapi tidak usah sejauh berkilometer ya)

Tapi sekali lagi, ini asumsi saya disandarkan pada kebiasaan yang berlaku di Studio NLG, jadi kalaulah proses desain yang sering berkembang di studio adalah; Ide/Brainstorming-Sketsa-Acc Studio-Acc Klien/Penerbit, saya bahkan ragu untuk memperlihatkan sketsanya ke studio. Hehehe….sekali-kali jahat boleh ya!




NB: Review ini tidak dimaksudkan sedikitpun untuk menyinggung siapapun, bila ada kemiripan tokoh dan cerita, itu 100 persen hanya ilustrasi. Terima kasih untuk orang-orang yang mengilhami ilustrasi ini. Oh ya, selamat idul Fitri 1429 H, Mohon maaf lahir dan Bathin.


oleh: ata

2 komentar:

jurnal nlg mengatakan...

asa deja vu

btw, itu teh review ato cerpen?

ataedun mengatakan...

saha eta anu nyarios euy? hehehehe...
ini review dalam balutan cerpen, hahah...
mudah-mudahan review berikutnya lebih edun....